[AURABERKAH.INFO] Jakarta - Pendidikan karakter telah diwacanakan agar menjadi kewajiban semua pihak, namun dunia pendidikanlah yang paling bertanggung jawab terhadap kewajiban ini. Penanggung jawab terhadap kewajiban ini dimana penanggung jawab utama utama dalam dunia pendidikan tentu saja guru, jadi guru lah yang menjadi penentu keberhasilan pendidikan karakter. Untuk menerapkan pendidikan karakter sehingga semua guru harus menjadi pribadi berkarakter. Pencetus dari pendidikan karakter di Barat adalah penagan Jerman FW Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter ini menekankan pada dimensi etis spiritual dimana dalam pembentukan proses pembentukan pribadi. Hal ini tidak dianggap untuk mencukupi semua formasi intelektual dan kultural seorang pribadi.
Menurut
Anggota Komisi I DPR RI, Hasbi Anshory, dalam acara Webinar Forum Diskusi
Publik yang diselenggarakan Ditjen IKP Kominfo bekerja sama dengan Komisi I DPR
RI, yang bertemakan “Pendidikan Karakter Pancasila” Jum’at (23/6/2023).
Selain itu
kata Hasbi, pendidikan karakter membutuhkan prinsip atau nilai acuan yang
menjadi alur pembiasaan perilaku dimana pendidikan karakter bertujuan agar
murid memiliki moral action bukan hafalan definisi tentang moral melainkan
bagaimana nilai moral itu dapat muncul dalam pribau. Penguatan pendidikan
karakter bertujuan merupakan kebijakan pendidikan di Indonesia yang tujuannya
adalah pertama membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas
Indonesia Tahun 2045 guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; ke dua mengembangkan
platform pendidikan nasional yang melekatkan pendidikan karakter sebagai jiwa
utama dengan memperhatikan keragaman budaya Indonesia; ke tiga merevitalisasi
dan memperkuat potensi dan kompetensi ekosistem pendidikan.
Dalam UU Nomor
20 tahun 2023 mengenai Sistem Pendidikan Nasional telah tercantum nilai-nilai
pendidikan karakter. Ada beberapa nilai karakter utama yang harus ada adalah
nilai nasionalis, nilai religius, nilai integritas, nilai kemandirian dan nilai
gotong royong. Beberapa stategi yang bisa diterapkan adalah pertama penerapanan
dalam infrastruktur, dalam bidang kurikulum, kegiatan ekstrakuler, dan bidang
non kurikuler. Pendidikan karakter yang bersumber dari nilai-nilai pancasila
diyakini tetap relevan untuk membuat jati diri anak bagsa agar mampu
berkolaborasi di dunia global. Karena itu pendidikan sehari-hari di sekolah,
peran keluarga, serta lingkungan agar nilai-nilai Pancasila tidak sekedar
menjadi ajaran, tetapi juga menjaga kesatuan bangsa, tegasnya.
Narasumber
lainnya, Kholid Musyaddad, Akademisi, memaparkan bahwa Indonesia adalah negara
yang kaya raya yang menjadi incaran bagi bangsa-bangsa lain didunia. Hal ini
dibuktikan dengan bukti sejarah dimana kita telah lama dijajah negara lain
seperti Belanda dan Portugis. Penjajahan ini sudah berlaku sejak lama dimana penjajahan
melalui militer dan sekarang bergeser ke ekonomi. Penjajahan ekonomi ini
dilakukan oleh bangsa-bangsa lain dimana upaya pecah belah bagi negara-negara
kaya agar kita tidak bisa membangun negara kita agar tidak berkembang. Potensi
yang memunginkan bangsa di pecah itu seperti misalnya suku, agama dan ras.
Pendidikan adalah upaya manusia untuk mengembangkan dirinya ke kondisi lain
yang lebih baik. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Aspek
pendidikan ada tiga yaitu mengembangkan kemampuan berpikir (kognisi), kedua
adalah memangun/membentuk sikap/karakter (afeksi) dan yang ketiga adalah
membangun/mengembangkan keterampilan (psikomotor). Pendidikan karakter adalah
sesuatu yang penting, karakter adalah sebuah sistem keyakinan (belief system)
dan kebiasan yang mengarah tindakan seorang individu. Karakter bukan sekedar
penampilan lahiriah, melainkan secara implisit mengungkapkan hal-hal yang
tersembunyi (berkaitan dengan keyakinan) dimana karakter berkaitan dengan
sistem nilai/filsafat yang dianut seseorang atau sekelompok orang. Pendidikan
karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter
pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai
karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya,
sehingga anggota masyarakat dan warganegara yang religius, nasionalis dan
produktif dan kreatif. Dasar pembentukan karakter adalah kebudayaan yang berupa
filsafat, ilmu pengetahuan, sistem nilai atau etika serta keyakinan keagamaan.
Pancasila adalah dasar dan ideologi negara dimana sebagai dasar negara dan
ideologi bangsa, Pancasila merupakan falsafah dan ideologi bangsa untuk menjaga
kesatuan untuk menjaga negara tetap utuh. Tujuan cita-cita bangsa dan Pancasila
1945 bisa terwujud ketika ada pendidikan karakter ini. Pembangunan karakter
bangsa adalah pembangunan pemahaman bangsa untuk membentuk kesatuan bangsa dan
cita-cita bangsa yaitu untuk keadilan bagi seluruh tumpah darah Indonesia.
Sementara itu,
Nursodik Gunarjo, Plt. Direktur IKPMK Ditjen IKP Kominfo, menegaskan tentang
penguatan Karakter Pancasila, mengatakan bahwa Pancasila merupakan dasar perilaku
dimana nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila tidak bisa diganggu gugat
sehingga warga negara Indonesia membutuhkan implementasi yang memang manfaatnya
lebih jauh lagi di karena diharapkan Pancasila diharapkan menjadi pribadi yang
menyatu bagi anak bangsa. Sehingga diharapkan menjadi pola pikir dan pola
tindak masyarakat. Nilai ini digunakan sebagai pedoman bagi seluruh rakyat
Indonesia. Secara berkelanjutan agar seluruh generasi mampu mengamalkan
intisari nilai-nilai luhur di dalam Pancasila. Sehingga nilai-nilai menjadi
pedoman bagi seluruh warganegara.
Sekarang ini mengalami degradasi moral
dikarenakan berbagai moral yang mempengaruhi mereka. Yang paling parah adalah
dampak buruk dari globalisasi mengancam di sekitar kita. Ini memerlukan profesi
yang paling baik adalah di hati dan pikiran dimana yang diacu adalah nilai
Pancasila ini tadi. Sejumlah survei terhadap ancaman bagi ideologi Pancasila
dimana sebagian besar pelajar setuju dimana Khilaf ini sebagai bentuk negara
ideal pada tahun 2017. Survey lebih lanjut menunjukan bahwa pemahaman Pancasila
sudah cukup yang artinya hanya sekedar hafal saja. Survey yang lain menunjukan
bahwa dukungan terhadap Pancasila masih kuat sebanyak 95% tetapi kita harus
berhati-hati karena masih ada orang yang tidak menganggap penting Pancasila.
Hal ini menjadi alarm tanda bahaya untuk segera membahas lebih serius tentang
Pancasila. Penguatan pendidikan karakter harus ditanamkan ke jiwa pelajar
seperti integritas, nasional, gotong royong, religiusitas. Pendidikan karakter
pancasila adalah hal yang sangat mendasar ini sudah memiliki landasan
konseptual yang kuat untuk pelaksanaan pendidikan karakter.
0 Comments:
Posting Komentar